Sabtu, 19 Maret 2011

Ekstrem Super Moon (Indonesia Version)

Berita terupdate yang blog jimmy enggar hadirkan kali ini yaitu berkaitan dengan fenomena Ekstrem super moon yang akan terjadi kira kira jam 02.00 dinihari nanti.







PERISTIWA langit yang langka supermoon akan terjadi pada dinihari nanti. Bulan purnama akan muncul dan jaraknya pada posisi terdekat dengan bumi. Beberapa pihak yakin, bencana besar membayangi fenomena 18 tahun sekali ini.

Astronom dari Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional Thomas Djamaluddin mengatakan, pada 19 Maret 2011, bulan akan berada pada jarak terdekat dengan bumi sekaligus hampir bersamaan dengan puncak purnama.

Berdasarkan data astronomi, pada hari itu pukul 19.10 GMT atau 20 Maret pukul 02.10 WIB, jarak bulan dengan bumi 356.577 kilometer. Sejam sebelumnya, puncak purnama terjadi pada 19 Maret pukul 18.11 GMT atau 20 Maret pukul 01.11 WIB.

Dalam istilah astrologi, posisi itu dikenal sebagai super moon atau extreme super moon yang diyakini sebagian orang sebagai pertanda bencana bagi kehidupan makhluk di bumi.

Menurut catatan kami, supermoon sebelumnya terjadi 1955, 1974, 1992 dan 2005. Di tahun tersebut ada peristiwa cuaca ekstrem atau bencana alam.

Supermoon akan terlihat lebih indah, lebih besar, dan bercahaya lebih cerah. Namun, di balik semua itu, supermoon memberi dampak ekstrim bagi bumi, sebab memicu terjadinya pergerakan di bumi secara mendadak, akibat pengaruh gravitasi bumi.

Dikutip dari dongeng geologi pada rovicky.wordpress.com disebutkan, teori terjadinya gempa sering disebut “elastic rebound” atau proses pelentingan. Seperti ketapel, bila dilepas maka karet akan melentingkan batu yang ada di dalamnya. Sama juga dengan gempa, akibat tekanan pergeseran lempeng tektonik yangg tertahan, maka efeknya akan seperti karet yang tertahan. Nah, penahan itu sangat dipengaruhi oleh beratnya sendiri, di mana berat benda tentunya tergantung dari gravitasinya.

Kita tentu pernah melihat, kalau gravitasi di angkasa sangat kecil, sehingga membuat benda melayang. Nah, gravitasi di bumi sebenarnya juga berfluktuasi sesuai dengan adanya bulan (daya tarik bulan) dan juga tentunya matahari. Penelitian lain yang menunjukkan di mana daerah-daerah matang terjadinya gempa, perlu diketahui. Dan melihat kondiri pasang surut, bukan hal sia-sia, namun tidak perlu takut apalagi terus fobia, terhadap bulan purnama. Hanya perlu waspada pada saat bulan purnama.


Tsunami yang membunuh ratusan ribu orang di Indonesia di Aceh juga terjadi dua minggu sebelum Supermoon pada Januari 2005. Kemudian, pada Natal 1974, topan Tracy menghancurkan Darwin, Australia.

Pada hari ini, Jumat (11/3) kemarin atau sepekan lalu juga terjadi bencana gempa bumi 8,9 skala Richter di Jepang. Gempa besar yang disusul tsunami 10 meter tersebut merenggut delapan nyawa.

Astrolog Amerika Serikat, Richard Nolle berpendapat, percaya atau tidak, faktanya, Supermoon terkait beberapa bencana besar yang terjadi. "Cuaca ekstrem, gempa bumi, badai besar," kata Nolle kepada Radio ABC.

Nolle juga mengartikan fenomena Supermoon yang akan terjadi pekan depan dengan gempa besar di Christchurch, Selandia Baru pada 22 Februari lalu. Dia juga menghubungkan dengan gempa bumi di Turkmenistan pada 1948, erupsi Gunung Pinatubo di Filipina pada 1991 dan badai Katrina pada 2005 di Amerika Serikat.

Namun menurut Djamaluddin, kalangan astronom tidak mengenal istilah tersebut, dan menepis ramalan bencana. "Kita harus faham perbedaan astrologi dan astronomi," katanya.

Astrologi adalah pemahaman bahwa posisi benda-benda langit berpengaruh pada nasib kehidupan manusia di bumi. Astrologi, kata peneliti senior astronomi dan astrofisika, itu bukanlah cabang sains. Sedangkan astronomi adalah cabang sains atau ilmu pengetahuan yang mempelajari gerakan dan kondisi fisik benda-benda langit.

Dia mengatakan, kejadian jarak bulan terdekat dengan bumi (perigee) adalah peristiwa bulanan, walau jaraknya bervariasi dengan periodenya rata-rata 27,3 hari. Begitu pula peristiwa bulan purnama dengan periode sekitar 29,5 hari. Karena perbedaan periode itu, kemunculan perigee yang bersamaan dengan purnama hanya bisa terjadi 18 tahun sekali.

Sejauh ini, kata dia, tidak ada bukti ilmiah yang mengaitkan extreme super moon dengan segala bencana. Tapi diakuinya, harus diwaspadai dampak menguatnya efek pasang surut di bumi terutama pada air laut ketika puncak bulan purnama dengan jarak bulan terdekat.

Bila cuaca buruk di laut dan wilayah pantai diperkuat dengan efek pasang maksimum saat perigee dan purnama, ujarnya, harus diwaspadai potensi bahaya di wilayah pantai yang mungkin saja menyebabkan banjir pasang (rob) yang lebih besar dari biasanya.

Demikian juga bila penumpukan energi di wilayah rentan gempa dan gunung meletus, efek penguatan pasang surut bulan mungkin berpotensi menjadi pemicu pelepasan energi.

Berikut saya tampilkan beberapa link video dari youtube yang menampilkan tentang terjadinya fenomena "Ekstrem super moon"
1. Video 1
2. Video 2
3. Video 3

1 komentar: