Parasitologi adalah ilmu yang berisi kajian tentang organism (jasad hidup), yang hdup dipermukaan atau di dalam tubuh organism lain buat semntara waktu atau selama hidupnya, dengan cara mengambil sebagian atau seluruh fasilitias hidupnya dari organism lain tersebut, hingga organism lain tersebut jadi merugi (dirugikan). Salah satunya adalah eimeria.
Eimeria adalah suatu protozoa yang sering menginfeksi unggas dan berbagai jenis burung yang bermultiplikasi pada saluran pencernaan dan menyebabkan kerusakan jaringan sehingga menyebabkan gangguan pada pencernaan dan penyerapan tubuh manusia. Eimeria tergolong dalam kelas Sporozoa dengan genus Eimeria.
Banyak sekali sepsies dari Eimeria ini, seperti Eimeria clupearum, Eimeria sardinae, Eimeria perforans, Eimeria tenella, Eimeria necatrix, Eimeria praecox, Eimeria hagani,dan masih banyak lagi. Pada manusia parasit tersebut hanya menumpang lewat saja di saluran pencernaan yang disebut passant. Banyak Eimeria lain yang pathogen bagi hewan peliharaan, seperti ayam, burung, kambing, sapi, dan babi. Eimeria tenella termasuk parasit yang pathogen daripada spesies eimeria yang lainnya. Eimeria tenella ini menyerang saluran pencernaan pada ayam,terutama pada ayam usia muda.
Hospes dari penyakit ini adalah binatang. Misalnya Eimeria tenella hidup di dalam saluran pencernaan ayam yaitu usus dan sekum. Pada manusia parasit ini hanya sebagai passant, karena parasit ini hanya menumpang lewat saja pada saluran pencernaan manusia.
Penyakit yang ditimbulkan karena parasit Eimeria tenella ini adalah Koksidiosis. Koksidiosi merupakan penyakit parasit yang ditandai dengan kukurusan dan diare (berak darah) dengan angka kesakitan dan kematian tinggi (terutama pada ayam yang masih muda).Penyebaran parasit ini pada mamalia dan unggas, yaitu ayam, sapi dan berbagai hewan peliharaan. Hampir tersebar diseluruh dunia.
Eimeria tenella tidak bersporulasi didalam tinja ayam yang terinfeksi. Ukurannya sangat bervariasi, panjang berkisar antara 14-31 mikron, lebar 9-25 mikron, dengan rata-rata panjang 23 mikron dan lebar 19 mikron. Dinding ookista halus, tidak terdapat mikropil pada ujung yang lebih kecil. Dalam satu ookista terdapat 4 sporokista dan satu sporokista dapat melepaskan 2 sporozoit. Bila mengalami ekskistasi satu ookista menghasilkan 8 sporozoit infektif.
Gambar Eimeria tenella
Siklus hidup dari Eimeria tenella tidak menular secara langsung dari ayam satu ke ayam lainnya. Penularan alami koksidiosis hanya terjadi dengan cara menelan ookista hidup yang telah bersporulasi. Ayam yang terinfeksi dapat mengeluarkan ookista bersama feses selama beberapa hari atau beberapa minggu. Ookista yang terdapat di dalam feses akan menjadi infektif setelah proses sporulasi selama 2 hari. Penularan Eimeria tenella antar kandang/peternakan dapat terjadi melalui pekerja atau peralatan yang berpindah-pindah. Ookista juga dapat berpindah maelalui debu.
Genus Eimeria umumnya mengalami perkembangan siklus hidup secara lengkap di dalam dan di luar tubuh induk semangnya dan dapatdibagi menjadi siklus aseksual dan siklus seksual. Siklus hidup ini dikenal dengan tiga stadium yaitu stadium skizogoni, gametogoni, dan sporogoni. Siklus aseksual merupakan stadium skizogoni, siklus seksual meliputi stadium gametogoni. Sedangkan sporogoni adalah stadium pembentukan spora.
Siklus aseksual dimulai dari ookista (stadium yang sangat resisten) yang dikeluarkan bersama-sama tinja dari ayam yang terinfeksi. Pada saat itu, ookista belum unfektif tetapi pada kondisi kelembapan dan kehangatan yang optimal (25-290C) dan oksigen yang cukup. Ookista Eimeria tenella akan mengalami sporulasi dalam waktu 24-48 jam dalam suhu kamar sampai terbentuk sporokista. Ookista yang telah bersporulasi infektif tertelan oleh ayam yang rentan sehingga terbentuk sporokista yang di dalamnya terdapat badan-badan kecil berbentuk sosis kecil yang disebut sporozoit. Dalam usus, sporozoit ini keluar dari dinding ookista kemudian memasuki sel-sel epitel usus. Distulah terjadi perkembangan sporozoit lalu menjadi skizon. Kemudian skizon ini menghasilkan bentuk-bentuk kecil sperti buah pisang yang disebut merozoit. Perkembangan dan aktivitas merozoit dalam sel-sel epitel usu menyebabkan robeknya sel-sel epitel dan menyebabkan pembebasan merozoit-merozoit ke dalam lumen usus. Selanjutnya merozoit bebas tersebut memasuki sel-sel epitel baru dan membentuk skizon generasi kedua. Skizon generasi kedua ini membentuk merozoit generasi kedua yang kemudian menjadi skizon lagi. Siklus ini diulang smpai terbentuk merozoit generasi ketiga sehingga menyebabkan kerusakan mukosa usus.
Siklus seksual berlangsung setelah melalui siklus aseksual yaitu siklus yang ditandai dengan dimulainya mikrogametosit dan makrogametosit. Setalah mikrogamet dan makrogamet bertemu di dalam usus, maka akan terbentuk zigot. Dari zigot dibentuk ookista. Ookista ini akan keluar dari tubuh bersama tinja dan membentuk sporokista, masing-masing sporokista berisi dua sporozoit. Jika ookista yang telah bersporulasi tersebut tertelan oleh unggas yang rentan maka terjadi infeksi. Waktu yang dibutuhkan untuk siklus hidup Eimeria tenella pada unggas sangat bervariasi,berkisar antara 1-5 hari.
Koksidiosis pada sekum oleh Eimeria tenella paling sering terjadi pada ayam muda berumur 4 minggu, karena umur tersebut adalah umur yang paling peka. Ayam yang berumur 1-2 minggu lebih resisten, walaupun demikian Eimeria tenella dapat juga menginfeksi ayam yang sudah tua. Ayam yang sudah tua umumnya memiliki kekebalan imunitas akibat sudah terinfeksi sebelumnya. Pada umumnya koksidiosis sekum terjadi akibat infeksi berat dalam waktu yang relative pendek tidak lebih dari 72 jam. Pada ayam umur 1-2 minggu diperlukan 200.000 ookista untuk menyebabkan kematian, dan diperlukan 50.000-100.000 ookista untuk menyebabkan kematian pada ayam yang berumur lebih tua.
Pada kelompok ayam, mula-mula gejala terlihat 72 jam setelah infeksi. Ayam terkulai, anoreksia, berkelompok agar badannya hangat dan hari keempat sesudah infeksi terdapat darah di dalam tinja. Darah paling banyak ditemukan pada hari kelima dan keenam sesudah infeksi dan menjelang hari kedelapan atau kesembilan ayam sudah mati atau dalam tahap persembuhan. Kematian paling tinggi terjadi antara hari keempat dan keenam karena kehilangan banyak darah. Kematian kadang-kadang terjadi tanpa diduga. Jika ayam sembuh dari penyakit akut maka penyakit akan bersifat kronis..
Spesies yang berbeda akan memberikan gejala klinis yang berbeda pula, gejala klinis yang ditimbulkan bervariasi pada infeksi bermacam spesies dan juga pada banyak sedikitnya jumlah koksidia yang menginfeksi dan resistensi hospes. Spesies yang kurang pathogen tidak atau sedikit menunjukan gejala klinis. Gejala klinis dari penyakit ini yang disebabkan parasit Eimeria tenella adalah lesu, nafsu makan turun, dan tinja bercampur darah.
Koksidiosis yang disebabkan oleh Eimeria tenella dapat berakibat kerusakan jaringan sehingga menyebabkan ganguan pada pencernaan dan penyerapan nutrisi, dehidrasi, perdarahan dan meningkatkan kemungkinan terinfeksi penyakit lain. Penyakit ini dapat ditularkan secara mekanik malalui pekerja kandang, peralatan yang tercemar atau dalam beberapa kasus yang pernah terjadi dapat disebarkan melalui debu kandang dan litter dalam jangkauan pendek. Berat tidaknya penyakit ini tergantung dari jumlah protozoa yang termakan.
Diagnosis koksidiosis pada ayam didasarkan pada sejarah, gejala klinis, lesion nekropsi, pemeriksaan feses dengan metode flotasi untuk melihat ookista koksidia dan pemeriksaan mikroskopis untuk mencari koksidia dalam jaringan. Namun, yang paling baik dilakukan adalah dengan pemeriksaan post mortem. Diagnosis dengan pemeriksaan tinja saja dapat menimbulkan keslah-kesalahan. Terdapatnya ookista yang banyak dalam telur tidak selalu menunjukan gejala patologis yang berat karena identifikasi ookista dari berbagai spesies koksidia ayam tidak mudah. Lokasi lesion banyak memberikan petunjuk mengenai spesies koksidia yang terlihat. Jika lesion hemoragi yang terjadi dipertengahan usus diduga akibat infeksi Eimeria necatrix, sedangkan jika lokasi hemoragisnya ada pada rectum maka diduga akibat infeksi Eimeria brunetii, dan apabila pendarahan terjadi d sekum disuga akibat infeksi Eimeria tenella. Diagnosis adanya koksidiosis tidak cukup dengan melihat ookista saja, karena ookista tidak selalu dapat ditemukan pada usus ayam. Jika belum ada okista perlu ditunjukan adanya skizon yang banyak terdapat pada jaringan sub epitel yang dapat menimbulkan patogenitas.
Untuk pengobatannya dapat dilakukan dengan cara pemberian larutan amprolium atau sulfonamide dalam air minum dan pemberian air yang dapat mensuspensi suplemen vitamin A dan K dapat mempercepat proses penyembuhan.
Sedangkan untuk pencegahan dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut :
- Sanitasi dan ventilasi kandang harus baik
- Pengangkatan litter setiap kali panen pada broiler
- Lantai kandang dicuci pakai air untuk membersihkan kotoran, pencucian tahap kedua dengan deterjen
- Menaburkan bubuk kapur di dalam kandang
- Peralatan feeder dan drinker dicuci sebersih mungkin
- Kandang difumigasi dengan formalin 10%
- Melakukan istirahat kandang 7-21 hari
Berikut adalah contoh makalahnya, silakan download disini
Tidak ada komentar:
Posting Komentar