Parasit ini digolongkan sebagai protozoa dalam grup Coccidia atau termasuk grup Mikrospordia .Parasit ini pertama kali ditemukan oleh Carlos Chagas pada tahun 1909 sewaktu meneliti Trypanosoma cruzi dan menganggap sebagai bentuk cyste dari perotozoa ini. Pada tahun 1910 Antonio Carini menemukan cyste yang sama seperti yang ditemukan Chagas, tetapi kemudian menyadari bahwa parasit tadi berbeda dengan Trypanosoma cruzi. Oleh karna itu ia mengirimkan parasit tadi pada koleganya Laveran untuk diteliti lebih lanjut. Pada tahun 1912 dua orang bersaudara Delanoe, yang menjadi mahasiswa Laveran menemukan cyste yang sama didalam paru seekor tikus yang tidak terinfeksi oleh T.cruzi. Parasit ini kemudian diberi nama Pneumocystis carinii.
Protozoa ini terdapat diseluruh dunia dan hidup saprofit di alam. Sering ditemukan pada populasi normal dan baru memberikan gejala pada mereka yang mempunyai kekebalan tubuh rendah. Baru setelahPerang Dunia II, ditemukan kasus pertama pada manusia yang menderita pneumonia sebagai akibat terinfeksi Pneumocystis carinii dan dinamakan Pneumocystosis. Selanjutnya jarang sekali hal ini ditemukan lagi kecuali pada mereka yang memiliki daya tahan tubuh rendah seperti misalnya penderita kanker yang mendapat pengobatan kanker dan penderita kelainan kekebalan congenital. Saat ini dengan maraknya penderita AIDS, maka parasit ini kembali menjadi perhatian karena menyebabkan banyak kematian pada penderita AIDS.
Seperti dikemukakan bahwa parasit ini sampai sekarang masih diperdebatkan taksonominya. Beberapa ahli memesukannya kedalam kelompok Fungi dengan alasan parasit ini dapat diwarnai dengan pewarnaan yang bisa dipakai untuk Fungi serta ultrastrukturnyapun mirip dengan Fungi. Analisa mitokondria parasit ini menunjukan adanya hubungan yang erat dengan Ascomycetas seperti misalnya Saccharomyces cerevisai. Sementara itu beberapa ahli lain ingin memasukan parasit ini pada kelompok Protozoa dengan alas an bahwa parasit ini rentan terhadap obat-obat antiprotozoa. Mungkin untuk sementara diikuti saja klasifikasi yang disarankan oleh Frenkel dan kawan-kawan yang menyatakan bahwa parasit ini termasuk Protozoa kuno yang belum terklasifikasi.
Penyakit yang ditimbulkan dari parasit Pneumocystis carinii adalah pneumonia atau pneumositosis. Penyakit ini menginfeksi paru-paru dan seringkali dapat mengakibatkan radang paru-paru yang mematikan. Belum diketahui pasti cara penularan dan habitat alamiah penyakit ini, kemungkinan penularan melalui pernapasan. Percobaan pada tikus telah menunjukan percobaaan dari binatang- ke binatang melalui rute yang disebarkan udara, tetapi penularan dari binatang- ke manusia tidak mungkin karna sifat spesifik hospes P.carinii.
Prifer dkk. (1978) mendapatkan 2/3 dari anak normal telah mempunyai antibodi terhadap Pneumocystis sebelum berumur 4 tahun. Infeksi laten ditemukan pada hewan laboratorium , hewan peliharaan, dan hewan liar, juga pada manusia yang imonukompeten. Pneumonia pneumocystis terutama ditemukan pada golongan risiko tinggi, yaitu:
1) Anak dan bayi premature, yang sakit dan hidup dikediaman yang padat.
2) Anak dan bayi dengan kelainan imunodefisiensi primer.
3) Pasien dari semua golongan umur yang mendapat terapi imunosupresif untuk keganasan, transplantasi organ,dan lain-lain.
Selain daripada itu , pneumonia pneumocystis juga dijumpai pada hospes imunokompeten. Bila tidak diobati, angka kematian 100%.
Meskipun P.carinii telah ditemukan pada berbagai jaringan seperti kelenjar limfe, limpa, hati, drah kapiler, lambung , usus kecil, sumsum tulang dan lain-lain.(Golden , 1982, Walzer dkk, 1974). Pada paru-paru yang terinfeksi akan ditemukan paru-paru yang kenyal, dan bila dipotong-potong tampak permukaan abu-abu tanpa udara. Dengan mikroskop tampak septum alveolus menebal dengan infiltrat sel plasma, maka penyakitnya disebut pnoumenia sel plasma interstitial. Sebagian epitel alveolus mengalami deskuamasi dan alveolus penuh dengan sel berlemak, parasit dan bahan bervakuolatampak berbusa.
Dengan pengobatan eksudat alveolus mengalami resorbsi total. Gambaran klinik berbeda antara pasien dengan syndrome AIDS dan yang bukan. Pada yang bukan penderita AIDS, gejala tidak jelas, masa inkubasinya sampai 2 bulan. Gejala yang khas adalah batuk nonproduktif, Berlanjut dengan kapasitas ventilasi yang menurun, Dengan gangguan pernapasan yang menjadi berat, tapi tanda klinik lain tidak begitu jelas, seferti afebril, leukosit normal atau sedikit meningkat,eosinofilia. Pada bayi di bawah 3 bulan, timbul batuk-batuk, takipnea, kadang- kadang terjadi apnea. Pada pemeriksaan fisik biasanya ditemukan bronchi yang difus. Pada bayi yang malnutrisi, penyakit berkembang dalam beberapa minggu, pernapasan menjadi cepat sampai 100/ menit disertai sianosis.
Silakan download contoh makalah ny disni !
Tidak ada komentar:
Posting Komentar