Senin, 28 Maret 2011

Apakah Pneumocystis carinii itu?

Parasit ini digolongkan sebagai protozoa dalam grup Coccidia atau termasuk grup Mikrospordia .Parasit ini pertama kali ditemukan oleh Carlos Chagas pada tahun 1909 sewaktu meneliti Trypanosoma cruzi dan menganggap sebagai bentuk cyste dari perotozoa ini. Pada tahun 1910 Antonio Carini menemukan cyste yang sama seperti yang ditemukan Chagas, tetapi kemudian menyadari bahwa parasit tadi berbeda dengan Trypanosoma cruzi. Oleh karna itu ia mengirimkan parasit tadi pada koleganya Laveran untuk diteliti lebih lanjut. Pada tahun 1912 dua orang bersaudara Delanoe, yang menjadi mahasiswa Laveran menemukan cyste yang sama didalam paru seekor tikus yang tidak terinfeksi oleh T.cruzi. Parasit ini kemudian diberi nama Pneumocystis carinii.

Protozoa ini terdapat diseluruh dunia dan hidup saprofit di alam. Sering ditemukan pada populasi normal dan baru memberikan gejala pada mereka yang mempunyai kekebalan tubuh rendah. Baru setelahPerang Dunia II, ditemukan kasus pertama pada manusia yang menderita pneumonia sebagai akibat terinfeksi Pneumocystis carinii dan dinamakan Pneumocystosis. Selanjutnya jarang sekali hal ini ditemukan lagi kecuali pada mereka yang memiliki daya tahan tubuh rendah seperti misalnya penderita kanker yang mendapat pengobatan kanker dan penderita kelainan kekebalan congenital. Saat ini dengan maraknya penderita AIDS, maka parasit ini kembali menjadi perhatian karena menyebabkan banyak kematian pada penderita AIDS.           
            Seperti dikemukakan bahwa parasit ini sampai sekarang masih diperdebatkan taksonominya. Beberapa ahli memesukannya kedalam kelompok Fungi dengan alasan parasit ini dapat diwarnai dengan pewarnaan yang bisa dipakai untuk Fungi serta ultrastrukturnyapun mirip dengan Fungi. Analisa mitokondria parasit ini menunjukan adanya hubungan yang erat dengan Ascomycetas seperti misalnya Saccharomyces cerevisai. Sementara itu beberapa ahli lain ingin memasukan parasit ini pada kelompok Protozoa dengan alas an bahwa parasit ini rentan terhadap obat-obat antiprotozoa. Mungkin untuk sementara diikuti saja klasifikasi yang disarankan oleh Frenkel dan kawan-kawan yang menyatakan bahwa parasit ini termasuk Protozoa kuno yang belum terklasifikasi.
Hospes dari parasit Pneumocystis carinii adalah mamalia dan burung. Parasit ini ditemukan pada dinding alveolus paru-paru dan hidup dengan baik dan mendapat makanan dengan baik di dinding alveolus sebab adanya fospolipid dan apoprotein. Sehingga dalam paru-paru parasit ini dapat berkembangbiak secara seksual dan aseksual.
Penyakit yang ditimbulkan dari parasit Pneumocystis carinii adalah pneumonia atau pneumositosis. Penyakit ini menginfeksi paru-paru dan seringkali dapat mengakibatkan radang paru-paru yang mematikan. Belum diketahui pasti cara penularan dan habitat alamiah penyakit ini, kemungkinan penularan melalui pernapasan. Percobaan pada tikus telah menunjukan percobaaan dari binatang- ke binatang melalui rute yang disebarkan udara, tetapi penularan dari binatang- ke manusia tidak mungkin karna sifat spesifik hospes P.carinii.
P. carinii  mempunyai stadium trofozoit dengan ukuran 1- 5 µ dan berinti tunggal yang dapat dipulas dengan Geimsa, berbentuk ameboid. Trofozoit ini memiliki dinding rangkap sehingga tampak tebal. Bentuk ini merupakan bentuk yang bermetabolisme aktif dan biasanya bentuk ini menempel pada sel alveoli paru. Stadium kista juga kira- kira 5 µ seperti telur atau bola pimpong yang penyok dengan dinding  tebal yang lebih jelas bila diwarnai dengan Gomari Methenamine Silver strain(GMS). Kista dari parasit ini berukuran 4-6 µ berbentuk bulat dan berdinding 3 lapis, berisi 8 trofozoit.
Sampai sekarang siklus hidup parasit ini belum jelas diketahui, tetapi pada umumnya disetujui bahwa ada empat tahap perkembanganya yaitu trofosoit, prekista, kista dan intracystic bodies. Apabila ada host yang rentan dan menghirup udara yang mengandung kista, maka kista tadi akan pecah dan mengeluarkan intracystic bodies sebagai trofosoit. Sebagiandari intracystic bodies tadi bersifat haploid dan sebagianlagi bersifat diploid. Pernyataan ini didasarkan pada penelitian yang menemukan adanya pembelahan miosis pada tahap prekista muda.Sel yang haploid ini akan berkonjugasi dan menghasilkan trofosoit dalam kista ini. Selanjutnya trofosoit dalam kista ini melakukan pembelahan miosis. Peristiwa ini dibuktikan dengan pengamatan ultrastruktur parasit yang tedapat dalam paru .Perkembangan akhir dari siklus ini adalah terbentuknya 8 buah intracystic bodies dalam kista.
Penyebaran parasit ini pada mamalia dan burung, yaitu manusia, anjing, dan berbagai hewan peliharaan hampir diseluruh dunia.
Prifer dkk. (1978) mendapatkan 2/3 dari anak normal telah mempunyai antibodi terhadap Pneumocystis sebelum berumur 4 tahun. Infeksi laten ditemukan pada hewan laboratorium , hewan peliharaan, dan hewan liar, juga pada manusia yang imonukompeten. Pneumonia pneumocystis terutama ditemukan pada golongan risiko tinggi, yaitu:
1)      Anak dan bayi premature, yang sakit dan hidup dikediaman yang padat.
2)      Anak dan bayi dengan kelainan imunodefisiensi primer.
3)      Pasien dari semua golongan umur yang mendapat terapi imunosupresif untuk keganasan, transplantasi organ,dan lain-lain.
Selain daripada itu , pneumonia pneumocystis juga dijumpai pada hospes imunokompeten. Bila tidak diobati, angka kematian 100%.
Meskipun P.carinii telah ditemukan pada berbagai jaringan seperti kelenjar limfe, limpa, hati, drah kapiler, lambung , usus kecil, sumsum tulang dan lain-lain.(Golden , 1982, Walzer dkk, 1974). Pada paru-paru yang terinfeksi akan ditemukan paru-paru yang kenyal, dan bila dipotong-potong tampak permukaan abu-abu tanpa udara. Dengan mikroskop tampak septum alveolus menebal dengan infiltrat sel plasma, maka penyakitnya disebut pnoumenia sel plasma interstitial. Sebagian epitel alveolus mengalami deskuamasi dan alveolus penuh dengan sel berlemak, parasit dan bahan bervakuolatampak berbusa.
Dengan pengobatan eksudat alveolus mengalami resorbsi total. Gambaran klinik berbeda antara pasien dengan syndrome AIDS dan yang bukan. Pada yang bukan penderita AIDS, gejala tidak jelas, masa inkubasinya sampai 2 bulan. Gejala yang khas adalah batuk nonproduktif, Berlanjut dengan kapasitas ventilasi yang menurun, Dengan gangguan pernapasan yang menjadi berat, tapi tanda klinik lain tidak begitu jelas, seferti afebril, leukosit normal atau sedikit meningkat,eosinofilia. Pada bayi di bawah 3 bulan, timbul batuk-batuk, takipnea, kadang- kadang terjadi apnea. Pada pemeriksaan fisik biasanya ditemukan bronchi yang difus. Pada bayi yang malnutrisi, penyakit berkembang dalam beberapa minggu, pernapasan menjadi cepat sampai  100/ menit disertai sianosis.

specimen dari penderita dapat diperoleh dari sputum, aspirasi trachea maupun biopsi transbronkhoskopi. Specimen ini kemudian diwarnai dengan pewarnaan Giemsa, Toloudine blue, Gomori-Grocott’s Methenamine Silver (GMS),dan juga (PAS) Periodic Acid Schiff. Pewarnaan Giemsa dan PAS memperlihatkan kista dan trofozoit, namun pewarnaan Gomori dan Toloudine blue hanya memperlihatkan dinding kista saja. Satu-satuya petunjuk untuk identifikasi parasit ini pada pewarnaan adalah ditemukanya intracystic bodies di dalam kista, dan akan dilihat dibawah mikroskop.
Hampir semua kasus memberikan respons yang baik dengan pengobatan Sulfamethoxazole-Trimethoprim. Namun bagi mereka yang tidak tahan dengan obat golongan sulfat dapat dicoba dengan Pentamidine. Obat lain yang masih dalam tahap evaluasi penggunaanya adalah Dapsone, Eflonithine dan Trimetrexate. Mereka yang mempunyai gejala ringan dapat diberi Dapson- Trimet ehoprim, Clindamycin dan Primaquine. Selain itu terapi tambahan dengan Corticosteroid nampaknya dapat memperbaiki kondisi penderita.
Pencegahan dapat dilakukan dengan pemberian obat-obatan pada pasien yang pernah menderita Pneumonia pneumocystis.

Silakan download contoh makalah ny disni !   


Tidak ada komentar:

Posting Komentar